Saudaraku sekalian yang di rahmati, alangkah baiknya kalau kita perhatikan sejenak ayat berikut untuk menjadikan dasar kuat bahwa kita memiliki asuransi bukan lain hanyalah menjalankan perintah Tuhan.
Sehingga polis asuransi syariah yang kita miliki menjadi berkah bagi masa depan kita dan keluarga.
Sehingga polis asuransi syariah yang kita miliki menjadi berkah bagi masa depan kita dan keluarga.
walyakhsya alladziina law tarakuu min khalfihim dzurriyyatan dhi'aafan khaafuu 'alayhim falyattaquu allaaha walyaquuluu qawlan sadiidaan
|
|||
[4:9]
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar.
QS Yusuf (12):47. Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. QS Yusuf (12):48. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. QS Yusuf (12):49. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur.” Jadi, jelaslah sudah. Bahwasanya menabung bukanlah bid’ah, tetapi merupakan perintah. Agar kita di masa tua, di masa tidak produktif nanti, dapat memperbanyak ibadah. Kita menabung saat memiliki penghasilan. Dalam kisah diatas, menabung 7 tahun di saat bercocok tanam, bukan nanti, menunggu pensiun baru menabung. Ini keliru. Menaung selama 7 tahun ini, untuk menghadapi 7 tahun masa paceklik, masa tidak bisa bercocok tanam. Sehingga setelah masa packelik itu berlangsung, generasi penerus kita, dapat melanjutkan kehidupan, dengan tabungan yang ada. Wallohu Ta’ala A’lam Bi Showab. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar